Psikologi Klinis

Psikologi klinis adalah cabang psikologi yang berfokus pada penanganan,penganalisisan, dan diagnosa penyakit-penyakit jiwa

Ruang Lingkup Psikologi Klinis

Psikologi klinis mengarah kepada masalah-masalah klinis yang muncul pada diri manusia.

Perilaku Abnormal

Perilaku abnormal adalah kekalutan mental dan melampaui titik kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown

Model Dan Kriteria Perilaku Abnormal

Penggambaran gejala dalam dimensi ruang dan waktu yang mencakup Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi

Cara Penyembuhan Perilaku Abnormal

Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak

Sabtu, 28 April 2018

Kasus Kode Etik Psikologi Dalam Setting Psikologi Klinis

Kasus Kode Etik Psikologi Dalam Setting Psikologi Klinis

Oleh:
Mahasiswa Magister Profesi Psikologi Klinis
UNAIR 2016
Hasil gambar untuk pelanggaran kode etik animasi

Psikolog merupakan salah satu komponen utama dalam memberikan pelayanan kesehatan mental masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut berbagai macam, hal itu bergantung pada setting pekerjaan. Pada setting klinis, umumnya psikolog berperan dalam pengelolaan intervensi melalui instansi kesehatan masyarakat seperti puskesmas dan rumah sakit. Pelayanan yang diberikan pada umumnya memberikan intervensi yang berperan dalam mewujudkan mental yang sehat di seting klinis dan segala upaya pemeliharaannya. Namun, dalam pemeliharaannya, tentu memerlukan banyak hal yang patut dipertimbangkan agar dapat bermanfaat bagi khalayak banyak.
Salah satu hal yang sering menjadi isu dalam praktik psikologi klinis adalah mengenai data, kerahasiaan data klien, serta layanan psikologi. Dimulai dari isu mengenai data, psikolog / praktisi psikologi harus memahami bahwa data yang digali dan selanjutnya akan digunakan untuk melakukan analisis hasil harus aktual dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini menggambarkan jelas bahwa data tersebut harus bersifat ilmiah (mempunyai dasar). Siapa yang berhak melakukan asesmen adalah mereka yang memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan pelaksanaan asesmen.
Data yang tidak ilmiah tentu dapat mempengaruhi proses analisis, khususnya dalam melakukan diagnosa. Yang mana diagnosa ini harus dapat dipertanggungjawabkan. Tentunya hal ini akan memberikan dampak (faktor resiko) bagi klien. Proses penggalian data harus sesuai prosedur dan terjamin keabsahannya. Jika dalam melakukan asesmen telah sesuai dengan penjelasan dalam bahasan Kode Etik Psikologi Indonesia, maka  proses tersebut sudah bukan termasuk dalam asesmen beresiko.
Isu yang kedua mengenai kerahasiaan data. Seorang psikolog/psikoterapis dituntut mampu menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan klien kepadanya. Kerahasiaan data klien, baik data catatan klien termasuk ringkasan semua kontak klien dan dengan yang lain dari subjek, ringkasan umum dari progress, dokumentasi dari perjanjian tentang pengobatan, dan semua data test psikologis dan juga informasi tentang perilaku illegal, praktik seksual, atau infromasi sensitive lainnya bisa kita pertanggungjawabkan keberadaannya.
Psikoterapis dapat mengkomunikasikan atau menggunakan informasi klien hanya jika terkait dengan kepentingan layanan psikologi. Seorang psikolog/psikoterapis juga dituntut untuk tidak melebihi batasan-batasan kerahasiaan data ketika mendiskusikan suatu informasi klien dan mengetahui pihak-pihak mana saja yang berhak untuk mengetahui atau diajak berdiskusi tentang informasi klien. Seorang psikolog/psikoterapis harus mengerti bagaimana menjaga kerahasiaan data dan mengerti kapan saatnya data klien harus diungkapkan kepada pihak tertentu demi kepentingan klien. Misalnya ketika klien terlibat dalam kasus hukum, maka psikolog berhak memberitahukan data klien kepada profesional yang berkaitan dengan keperluan hukum. Ketika dirasa kerahasiaan data ini dapat membahayakan pihak lain maka perlu adanya informasi kepada pihak yang terkait yang tentunya atas seijin klien. Sehingga walaupun data yang menjadi milik subjek adalah data rahasia namun perlu dijelaskan kepada subjek bahwa inti dari pelayanan psikologis ini adalah untuk bisa dikomunikasikan antara pihak yang berkepentingan, sehingga hasil dari konsultasi ini bisa untuk membantu subjek dalam menyelesaikan kasus psikologis nya.
Salah satu contoh dilema etis yang terjadi terkait kerahasiaan data terjadi pada kasus Tarasoff yang mana pada kasus tersebut seorang psikolog telah mengetahui mengenai niat kliennya untuk menghabisi nyawa Tarasoff, namun dikarenakan adanya dilema etis mengenai kerahasiaan data maka psikolog yang bersangkutan tidak dapat memberikan peringatan kepada pihak ketiga mengenai niatan kliennya tersebut. Kasus tersebut memunculkan keputusan terkait dengan kewajiban memperingatkan pihak ketiga bagi psikolog/psikoterapis yang kliennya memiliki kecenderungan untuk membahayakan orang lain. Keputusan mengenai kewajiban untuk memperingatkan ini selanjunya mengarahkan kepada topik evaluasi kondisi psikologis klien dan prediksi perilaku pasien. Kedua hal tersebutlah yang dijadikan landasan tuntutan kepada psikolog ketika gagal memperingatkan pihak ketiga. Yaitu bahwa psikolog seharusnya telah mengetahui resiko munculnya tindakan membahayakan orang lain oleh klien.
Di Amerika, konselor sekolah sering menerapkan batasan-batasan kerahasiaan dalam hubungan terapeutik dengan klien, terutama jika klien masih di bawah umur. Privasi atau kerahasiaan bukanlah sesuatu yang mutlak, apalagi jika melibatkan klien yang masih anak-anak atau remaja. Informasi yang diperoleh dari klien harus sepenuhnya rahasia, dengan pengecualian sebagai berikut: (a) klien membahayakan diri atau orang lain; (b) klien atau orangtua meminta semua informasi untuk dihubungkan dengan pihak ketiga; (c) pengadilan memerintahkan konselor untuk mengungkap informasi tersebut.
Namun, ada pula yang disebut dengan hak privileged communication, yaitu percakapan atau informasi yang berlangsung dalam konteks hubungan yang dilindungi (protected relationship) – misalnya antara klien dengan terapis. Dengan diterapkannya praktek ini, hukum menentang adanya usaha pengungkapan paksa dari informasi-informasi ini. Hukum ini baru diterapkan di 20 negara bagian di Amerika, dan setiap negara bagian memiliki pengecualian tertentu. Misalnya, undang-undang di negara bagian North Dakota dan Maine membatasiprivileged communication khusus pada hubungan antara klien murid dan konselor sekolah. Sedangkan di Ohio dan Montana, praktek privileged communication diperluas dan tidak hanya melibatkan konselor sekolah, namun juga menjangkau profesi lain seperti guru atau dosen psikologi, dan juga psikolog.
Selain permasalahan mengenai kerahasiaan data subjek ketika berhadapan dengan hukum, dilema etik lain juga dialami oleh dokter yang juga dihadapi psikoterapis ketika bekerja dengan klien yang positif mengidap AIDS adalah memberi respon yang sepantasnya akan niat untuk melakukan bunuh diri. Psikolog harus juga mempertimbangkan isi dari kewajiban legal. Tidak hanya melakukan prinsip etik dari psikologis memungkinkan praktisi untuk melanggar kerahasiaan klien untuk mencegah bunuh diri, tapi untuk pengamatan terbaru, peneliti juga menemukan perkara hukum yang tidak berhasil terhadap terapis yang melanggar kerahasiaan klien yang melindungi hidup dari bunuh diri subjek. Dalam pembahasan kode etik menurut HIMPSI pada Pasal 15 Penghindaran Dampak Buruk Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah-langkah yang masuk akal untuk menghindari munculnya dampak buruk bagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terkait dengan kerja mereka serta meminimalkan dampak buruk untuk hal-hal yang tak terhindarkan tetapi dapat diantisipasi sebelumnya. Dalam hal seperti ini, maka pemakai layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terlibat harus mendapat informasi tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut. Sehingga kemungkinan bunuh diri yang mungkin muncul bisa di hindari.
Diskusi batasan kerahasiaan antara psikolog dengan klien dianggap sebagai langkah terbaik dalam membangun hubungan terapeutik atau konseling. Terapis atau psikolog sebaiknya memberikan penjelasan menyeluruh dan berbincang dengan klien tentang batasan kerahasiaan dan keadaan seperti apa sajakah yang memperbolehkan psikolog untuk mengesampingkan prinsip kerahasiaan. Yang paling penting adalah psikolog harus memastikan bahwa semuanya sudah disetujui oleh klien. Memang ada kemungkinan self-disclosure klien bisa menurun, tetapi setidaknya klien sudah bisa mengantisipasi dan tidak akan merasa dirugikan jika muncul kasus serupa dengan yang dialami oleh Denis Keet. Apalagi klien juga memiliki hak konsumen atas penggunaan jasa psikolog dan memiliki hak untuk “melindungi diri” dari psikolog.
Seorang psikolog/psikoterapis harus mampu bersikap profesional ketika memberikan layanan psikologi dan mampu bertanggungjawab untuk menghindari dampak buruk psikoterapi terhadap kliennya. Dalam bidang hukum, psikolog forensik dapat memilih peran mana yang akan diambil, namun tidak disarankan untuk menjalani peran ganda/ majemuk. Peran yang sedang dijalani psikolog profesi, tujuan serta batasan-batasannya perlu dijelaskan kepada klien secara rinci, utamanya saat awal pertemuan.psikolog harus memahami aturan hukum yang berlaku dalam sebuah persidangan untuk menghindari adanya konflik dengan menunjukkan komitmen terhadap kode etik. 
Seorang psikolog/psikoterapis perlu memastikan adanya persetujuan dari klien tentang keterlibatan psikolog dan klien dalam pelaksanaan layanan psikologi dan klien menandatanganiinformed consent. Bagi psikolog/psikoterapis, informed consent dapat membuat rasa aman dalam menjalankan layanan psikologi pada klien, sekaligus dapat digunakan sebagai pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari klien atau keluarganya apabila timbul akibat yang tidak dikehendaki. Bagi klien, informed consent merupakan penghargaan terhadap hak-haknya oleh psikolog/psikoterapis dan dapat digunakan sebagai alasan gugatan terhadap psikolog/psikoterapis apabila terjadi penyimpangan layanan psikologi.
Isu lain mengenai layanan psikologis dalam kedaan mendesak. Dalam keadaan mendesak, layanan psikologis dapat pula dilakukan melalui telepon. Namun perlu ditekankan bahwa terapi melalui telepon hanya dapat diberikan pada saat keadaan darurat. Contohnya, telepon darurat dari keluarga klien yang mengalami depresi, dimana klien sedang melakukan percobaan bunuh diri. Di saat seperti itu, psikolog dapat memberikan terapi singkat melalui telepon yang bertujuan untuk menenangkan klien dan juga keluarganya.
Salah satu isu yang dikhawatirkan terjadi adalah isu tentang hubungan spesial antara klien dan psikolog. Dalam kode etik psikologi Indonesia mengatur mengenai kemungkinan adanya hubungan special antara klien dan terapis yaitu pada Bab IV: Hubungan Antar Manusia, Pasal 16: Hubungan Majemuk telah mengatur hal tersebut. Berikut ini merupakan kutipan dari Bab IV Pasal 16 Kode Etik Psikologi Indonesia (2010).
Selain itu beberapa hal yang dapat dilakukan psikolog pria untuk mencegah terjadinya hubungan special antara psikolog dan klien, diantaranya:
1.    Menyangkal segala ketertarikan yang dirasakan beserta kemungkinan terjadinya hubungan dan tetap melaksanakan proses terapi pada klien tersebut,
2.    Berkonsultasi dan meminta saran dari teman seprofesi,
3.    Menyampaikan pada klien bahwa hubungan special antara psikolog dan klien merupakan hal yang tidak etis sehingga sesi terapi harus diterminasi,
4.    Menyampaikan pada klien bahwa hubungan special antara psikolog dan klien merupakan hal yang tidak etis dan bahwa jika klien mengakhiri terapi dengan psikolog tersebut dan bersedia melakukan terapi dengan psikolog lain maka mereka dapat melanjutkan hubungan special tersebut, dan
5.    Me-refer klien pada psikolog lain dan menyampaikan pada klien bahwa psikolog lain akan lebih mempu menyelesaikan kasus klien, sementara itu. psikolog tersebut juga harus menjalani sesi terapi bagi dirinya sendiri agar hal yang sama tidak terjadi di kemudian hari.
Isu etis selanjutnya mengenai praktik psikolog di wilayah pedesaan. Terkadang kita menemukan bahwa di suatu daerah hanya memiliki satu orang psikolog saja. Terkadang kompetensi yang dimiliki psikolog tersebut berbeda dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di sekitarnya, seperti contohnya di suatu daerah tersebut hanya ada seorang psikolog pendidikan dan perkembangan. Ketika itu ada klien datang ke psikolog tersebut dengan permasalahan kasus klinis seperti skizofrenia. Maka kompetensi psikolog ini kurang cocok untuk menangani kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan kompetensi dari praktisi kesehatan mental maka tetap disarankan untuk mengalihkan intervensi kepada pihak yang memiliki kompetensi yang lebih mumpuni sehingga  klien mendapatkan intervensi yang tepat dan berkualitas bagi kesehatan mental klien.
Dari permasalahan permasalahan yang ada maka sangat diperlukan adanya pemahaman yang menyeluruh mengenai kode etik. Di Indonesia sosialisasi mengenai kode etik termasuk dalam kategori kurang. Hal ini diketahui dari rendahnya keinginan untuk mengambil tindakan ketika berhadapan dengan persoalan etis, terutama yang melibatkan kolega atau teman sendiri. Tak bisa disalahkan juga karena kode etik jarang untuk ditekankan dan cenderung kurang spesifik bagi praktisi dan ilmuwan. Kode etik juga hampir tidak memiliki batasan yang jelas sehingga hal tersebut mempersulit siswa untuk memahami dan mempraktekkannya. Ada baiknya apabila kode etik bisa disosialisasikan secara lebih komunikatif dan efektif. Beberapa kuliah mengenai kode etik juga sebaiknya mampu lebih memotivasi para siswa untuk menerapkannya.



Kode Etik ini merupakan pedoman standar pengaturan diri bagi psikolog dalam bersikap dan berperilaku, dengan tujuan menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Sehingga dengan adanya Kode Etik sebagai kepastian jaminan pelaksanaan pelayan psikologi, maka kepercayaan masyarakat semakin menguat dalam menghargai profesi psikologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kode Etik Psikologi Indonesia ini merupakan kristalisasi nilai moral yang bersifat universal, sehingga penyusunannnya juga memperhatikan kesepakatan internasional.

Layanan Psikologi Klinis

Layanan Psikologi Klinis

Hasil gambar untuk penyuluhan animasi

Ada dua cabang ilmu dalam naungan Psikologi Klinis, yaitu Psikologi Kesehatan dan Psikologi Medis. Memang istilah ’kesehatan’ dan ’medis’ bukan saja terkait erat, namun sering menjadi dua istilah yang digunakan secara sinonimus (persamaan arti kata). Kecuali itu, sebagian besar masyarakat pada umumnya sering dihadapkan pada ketidakjelasan perbedaan pelayanan psikiater, psikolog klinis, psikolog kesehatan, dan psikolog medis, walaupun untuk itu kita harus juga menyimak tentang pelayanan kesehatan fisik dan penanganan medis pada umumnya. Untuk itu, marilah kita simak bersama uraian di bawah ini.

1. Perawatan kesehatan atau penanganan medis Perawatan kesehatan atau penanganan medis bagi penderita gangguan fisik manusia menjadi wewenang utama para dokter. Pelayanan terhadap gangguan fisik bergradasi sesuai dengan berat ringannya gangguan fisik dan bagian dari organ tubuh mana yang terkena penyakit. Untuk itu, dapat dipahami bila berbagai jenis keahlian khusus dalam Ilmu Kedokteran sangat dibutuhkan keberadaannya, misalnya dokter spesialis internal, kandungan, kulit dan kelamin, dan lain-lain. Bahkan pasien sering juga membutuhkan bantuan dari dokter yang memiliki superspesialisasi dalam bidang fungsi organ tubuh tertentu.


2. Psikiater Bila dokter atau dokter spesialis menangani aspek fisik pasien maka berbeda dengan psikiater. Psikiater adalah dokter yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu kedokteran pula, namun kemudian mengikuti pendidikan spesialisasi dalam bidang psikiatri. Psikiater memberikan perawatan terhadap penderita gangguan mental yang kecuali membutuhkan perawatan medicamentus sekaligus juga membutuhkan psikoterapi. Kecuali itu, para psikiater pun memberikan pelayanan promotif dan preventif serta rehabilitatif dalam bidang psikiatri bagi masyarakat luas. 

3. Psikolog Klinis Psikolog Klinis adalah ahli yang latar belakang pendidikannya dari sejak jenjang pendidikan strata I adalah ilmu perilaku manusia, untuk kemudian mengikuti pendidikan Magister Psikologi Terapan dengan mayoring Psikologi Klinis. Pendekatan Holistik mengungkapkan bahwa seorang yang sakit fisik juga sekaligus sakit mental, karena hubungan resiprokal antara aspek fisik dan mental tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dengan demikian, di samping perawatan medis seorang pasien sering membutuhkan pendampingan Psikolog Klinis untuk membantu pemulihan kesehatan aspek mentalnya. Apalagi, ketegangan emosi seseorang yang mengalami kesulitan memecahkan masalah psikologis yang dihadapi sering memanifestasi dalam bentuk keluhan fisik. Berlainan dengan psikiater yang landasan dasar keilmuannya adalah Ilmu Kedokteran, maka landasan keilmuan Psikolog Klinis adalah Ilmu tentang Perilaku Manusia (Psikologi). Jadi kalaupun seorang Psikolog Klinis bekerja di setting medis (rumah sakit), Psikolog Klinis tidak berhak bahkan dilarang keras memberikan pelayanan medicamentus, seperti misalnya menulis resep, menyarankan penggunaan obat-obatan, dan sebagainya. Andaikata pasien membutuhkan pelayanan psikologi klinis baik yang atas kehendak sendiri atau rujukan dari dokter/profesi lain, maka psikoterapi dilaksanakan dengan landasan dasar keilmuan psikologi pula. Ada beberapa metode psikoterapi yang dapat dilakukan oleh Psikolog Klinis, misalnya psikoterapi/konseling psikologi individual, keluarga/kelompok, perkawinan, dan lain-lain. Tentu saja pilihan metode psikoterapinya sangat bergantung pada permasalahan psikologi yang dialami penderita/klien serta keahlian khusus yang dimiliki Psikolog Klinis tersebut. Luas dan banyaknya metode dalam psikoterapi memang akhirnya menuntut Psikolog Klinis untuk memilih metode psikoterapi mana yang dikuasai dan benar-benar didalami serta ditekuni secara khusus untuk pelayanan intervensi psikologi khusus bagi penderita/klien yang menghadapi permasalahan psikologis khusus pula. Kecuali di setting medis (rumah sakit), psikolog klinis pun dapat memberikan pelayanan di setting sekolah, kesehatan mental individu, kesehatan masyarakat, industri, dan lain-lain. Luasnya cakupan pelayanan Psikologi Klinis, mengembangkan spesifikasi pelayanan pada setting kesehatan dan medis. 

4. Psikologi Kesehatan
Psikologi Kesehatan merupakan salah satu cabang Psikologi Klinis yang menekankan kinerjanya pada upaya membentuk perilaku sehat pada masyarakat, dengan mengacu pada falsafah dasar positif, yang bersifat preventif. Jadi manusia tidak dipandang sebagai korban penyakit, namun juga ikut bertanggung jawab terhadap kondisi sakitnya. Konkretnya, kinerja Psikolog Kesehatan adalah menyosialisasikan kebiasaan-kebiasaan hidup yang merugikan kesehatan, seperti merokok, minum alkohol, serta mengembangkan tingkah laku yang menunjang kesehatan, seperti mengomunikasikan pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

5. Psikologi Medis 

Psikologi Medis adalah salah satu cabang Psikologi Klinis yang secara khusus mengarahkan perhatiannya pada penerapan psikologi pada setting praktik medis, termasuk penanganan psikologis dari penderita penyakit (pasien), keluarga pasien bahkan dokter yang memberikan perawatan behavioral medicine (obat-obatan yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku pasien) terutama bagi penderita penyakit kronis, seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal, dan lain-lain. Kebutuhan pendampingan Psikolog Medis terhadap pasien-pasien tersebut di atas tidak dapat dipungkiri, mengingat kondisi kesehatan fisik yang rentan berlanjut oleh penyakit kronis dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap kerentanan fungsi psikologisnya, sementara demi proses penyembuhan optimal penerimaan pasien akan penyakit, kerja sama pasien dalam pasien pengobatan, upaya mempertahankan kualitas hidup optimal pada pasien, perubahan gaya hidup pasien. Mudah-mudahan dengan penjelasan tentang pelayanan psikologi yang terkait dengan bidang kesehatan manusia menjadi lebih dipahami.

Peranan Psikologi Klinis Dalam Masyarakat

13 Peranan Psikologi Klinis Dalam Masyarakat


Hasil gambar untuk masyarakat animasi
Seperti kita ketahui psikologi klinis memiliki kaitan erat dengan jiwa manusia sehingga dapat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam merubah individu dari yang awalnya terkena gangguaan dalam hal ini masalah gangguan jiwa pada manusia modern dan kini menjadi sehat kembali kejiwaannya, dari hal tersebut tentunya dibutuhkan psikolog klinis yang profesional di dalam bidangnya,
Pada masyarakat sendiri psikologi klinis adalah sebuah terapan dalam menentukan kapasitas dan juga karakteristik dalam tingkah laku seorang individu dalam penggunaan metode asesment, analisa , observasi dan juga pengujian fisik riwayat keberadannya di dalam masyarakat, hal tersebut juga dapat memberikan contoh agar individu dapat lebih menyesuaikan diri dengan cepat.
Dalam hal ini banyak bidang yang terkait di dalamnya seperti psikologi konflik dan juga pato psikologi yang memiliki kesulitan contohnya saja sebuah konflik, ketegangan dan juga hal yang dapat mengganggu keseimbangan di dalam dirinya.
Misalnya kasus sederhana yang bisa kita temukan di lingkungan kita, ada seorang mahasiswa yang memiliki beban tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya secara berulang-ulang dengan jangka waktu yang sangat panjang, secara tidak langsung hal tersebut dapat menimbulkan konflik dan kecemasan yang berlebihan di dalam dirinya, sehingga terjadilah sakit pada jiwanya.
Kasus yang seperti ini sangat sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari, dimana seorang mahasiswa mendapatkan tekanan psikologis, dan saat itu juga dia menceritakan hal tersebut kepada kerabatnya dekatnya agar mendapatkan solusi dan jalan keluar yang baik
Kasus sederhana diatas sudah bisa disebut pencerminan penerapan psikologi klinis dalam masyarakat. Sehingga secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi klinis merupakan proses dalam mempelajari orang-orang yang memiliki gangguan kejiwaan kemudian kita memberikan solusi dimana membuat individu tersebut kembali kepada kehidupan normalnya dan menjauh dari penyakit depresinya. Berikut dapat juga dijelaskan 13 peranan psikologi klinis dalam masyarakat diantaranya:
  1. Sebagai bahan penelitian
Hal ini tentunya diperlukan peranan psikolog dalam penegrjannya dari berbagai macam riset investigasi dalam mengkaji keefktivan dari pendekatan terapi atau konsultasi, dari penyebab trsebut diakibatkan dari kesalahan fungsi psikologis dan cara pengerjaan asessmen yang berbeda
  1. Konsultasi
Tentunya dalam melakukan konsultasi tidak hanya dapat dilakukan perorangan saja namun bisa juga dilakukan secara kelompok masyarakat, misalnya saja dalam suatu lingkungan penduduk akan mengkonsultasikan mengenai kemanan di lingkungan sekitar.
  1. Sebagai teknik observasi psikodiagnostik dan evaluasi
Yaitu dengan cara melakukan evaluasi terhadap lingkungan yang ada di sekitar dan hal ini juga sangat baik dilakukan dalam perkembangan kehidupan bermasyarakat dimana dapat menjauhkan gangguan kepribadian dalam psikologi klinis
  1. Mengajar
Misalnya di suatu lingkungan terdapat seorang individu yang memiliki ilmu lebih, tentu dapat membagi ilmu nya tersebut pada lingkungan masyarakat sekitar, agar terjalin hubungan erat antara satu individu dengan individu lainnya.
  1. Administrasi
Dalam melakukan administrasi ini dilakukan oleh seorang yang sudah kompeten di bidangnya contohnya saja seorang psikologis klinis dalam posisi manajerial sehingga akan menghasikan kinerja yang maksimal.
  1. Intervensi atau terapi konseling
Istilah yang umum digunakan di masyarakat adalah psikoterapi sehingga akan mendapatkan gambaran dalam membangun hubungan baik diantara pasien dengan terapis, cara pertama yang akan membuatnya nyaman untuk menuju cara atau tahapan selanjutnya,  dan sudah dipastikan akan berjalan dengan lancar nantinya, hal ini juga dapat membantu pasien  dalam mengeksplore mengenai dirinya, dari mulai terapis dan juga pasien melakukan kerja sama dalam pemecahan masalah.
Dimana seorang terapis mmeberikan sebuah stimulus dengan harapan pasien dapat memecahkan masalahnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain  dan dapat dilakukan secara efektif untuk kedepannya.
  1. Sebagai sarana berkeluh kesah
Setiap orang pasti memiliki masalahnya masing-masing dan hal tersebut pasti berbeda antara satu dengan lainnya, tidak jarang seeorang individu membutuhkan sarana dalam mengeluarkan segala beban yang dirasakannya agar merasa lebih tenang dalam menjalani kehidupan nantinya, untuk itu peranan psikologi klinis memang sangat dibutuhkan di masyarakat karena dapat membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh seorang individu agar menjadi seorang yang lebih sabar lagi.
  1. Pembentukan karakter
Umumnya karakter memang turunan dari orang tua, namun pembentukan karakter ini dapat berubah dan berkembang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya, untuk itu seorang individu perlu memiliki lingkungan yang positif agar dapat membentuk karakter yang postif pula.
  1. Modifikasi sikap
Yang dimaksud modifikasi sikap disini adalah melakukan perbaikan dan pembaharuan sikap dalam penggunaan psikologis klinis untuk ke arah yang jauh lebih baik lagi, atau bagaimana seseorang dapat menempatkan dirinya ke dalam lingkungan yang sesuai dengan yang di inginkannya.
  1. Bimbingan
Dalam sebuah kelompok masayarakat pasti membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan panutan agar dapat membimbing anggota nya ke dalam siutuasi yang lebih baik, dalam psikologis klinis tentu hal ini sangatlah penting, agar tercipta liungkungan masyarakat yang teratur diubutuhkan bimbingan agar mendapatkan solusi dalam pemecahan setiap permasalahan yang dihadapinya.
  11. Coaching
Meski sifatnya hampir sama dengan bimbingan, namun coaching sendiri umumnya lebih privat diubandingkan dengan bimbingan, pada lingkungan masyarakat memang dibutuhkan coaching agar dapat membentuk masyarakat yang lebih baik lagi.
  1. Modifikasi tingkah laku abnormal
Merupakan sebuah tingkah laku abnormal  yang dimana dari semua aspek nya tidak sesuai dengan kaidah dan norma di dalam psikologi klinis ataupun sebuah kelompok komunitas dalam memodifikasi tingkah laku yang tadinya abnormal menjadi normal.
  1. Administrasi
Dalam melakukan administrasi ini dilakukan oleh seorang yang sudah kompeten di bidangnya contohnya saja seorang psikologis klinis dalam posisi manajerial sehingga akan menghasikan kinerja yang maksimal.
  1. Intervensi atau terapi konseling
Istilah yang umum digunakan di masyarakat adalah psikoterapi sehingga akan mendapatkan gambaran dalam membangun hubungan baik diantara pasien dengan terapis, cara pertama yang akan membuatnya nyaman untuk menuju cara atau tahapan selanjutnya,  dan sudah dipastikan akan berjalan dengan lancar nantinya, hal ini juga dapat membantu pasien  dalam mengeksplore mengenai dirinya, dari mulai terapis dan juga pasien melakukan kerja sama dalam pemecahan masalah.
Dimana seorang terapis mmeberikan sebuah stimulus dengan harapan pasien dapat memecahkan masalahnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain  dan dapat dilakukan secara efektif untuk kedepannya.
  1. Sebagai sarana berkeluh kesah
Setiap orang pasti memiliki masalahnya masing-masing dan hal tersebut pasti berbeda antara satu dengan lainnya, tidak jarang seeorang individu membutuhkan sarana dalam mengeluarkan segala beban yang dirasakannya agar merasa lebih tenang dalam menjalani kehidupan nantinya, untuk itu peranan psikologi klinis memang sangat dibutuhkan di masyarakat karena dapat membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh seorang individu agar menjadi seorang yang lebih sabar lagi.
  1. Pembentukan karakter
Umumnya karakter memang turunan dari orang tua, namun pembentukan karakter ini dapat berubah dan berkembang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya, untuk itu seorang individu perlu memiliki lingkungan yang positif agar dapat membentuk karakter yang postif pula.
  1. Modifikasi sikap
Yang dimaksud modifikasi sikap disini adalah melakukan perbaikan dan pembaharuan sikap dalam penggunaan psikologis klinis untuk ke arah yang jauh lebih baik lagi, atau bagaimana seseorang dapat menempatkan dirinya ke dalam lingkungan yang sesuai dengan yang di inginkannya.
  1. Bimbingan
Dalam sebuah kelompok masayarakat pasti membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan panutan agar dapat membimbing anggota nya ke dalam siutuasi yang lebih baik, dalam psikologis klinis tentu hal ini sangatlah penting, agar tercipta liungkungan masyarakat yang teratur diubutuhkan bimbingan agar mendapatkan solusi dalam pemecahan setiap permasalahan yang dihadapinya.
  11. Coaching
Meski sifatnya hampir sama dengan bimbingan, namun coaching sendiri umumnya lebih privat diubandingkan dengan bimbingan, pada lingkungan masyarakat memang dibutuhkan coaching agar dapat membentuk masyarakat yang lebih baik lagi.
  1. Modifikasi tingkah laku abnormal
Merupakan sebuah tingkah laku abnormal  yang dimana dari semua aspek nya tidak sesuai dengan kaidah dan norma di dalam psikologi klinis ataupun sebuah kelompok komunitas dalam memodifikasi tingkah laku yang tadinya abnormal menjadi normal.

Sejarah Psikologi Klinis

SEJARAH PSIKOLOGI KLINIS


A.           PERIODE I      TAHUN-TAHUN AWAL
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan timbul pada akhir abad ke-19 di Eropa dan Amerika. Tiga perkembangan sosial menggerakkan roda perubahan ilmu pengetahuan.
1.      Revolusi industry
2.      Pertumbuhan ilmu pengetahuan yang pesat
3.      Pandangan baru mengenai sifat manusia
Laboratorium psikologi pertama yang didirikan oleh Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman, pada 1869, penerapan pengukuran dan statistic pada karakteristik manusia oleh Francis Galton di Inggris pada 1880an, dan Sigmund Freud yang mempublikasikan buku berlatar psikoanalisa berjudul The Interpretation of Dreams pada 1900 menarik minat banyak orang mengenai aspek-aspek psikologis dalam sakit mental dan pemahaman klinis.
Leightner Witmer merupakan orang pertama yang menggunakan istilah clinical psychology, mendirikan klinik psikologi, dan menerbitkan jurnal psikologi klinis yang pertama di University of Pennsylvania pada 1896. Witmer menyatakan bahwa metode-metode psikologi klinis penting dilibatkan ketika status pikiran individu ingin diketahui melalui  observasi, eksperimen, dan tritmen pedagogis/pendidikan diterapkan untuk menimbulkan suatu perubahan.
Tidak lama kemudian, banyak muncul klinik lain pun bermunculan. Dan semakin banyak rumah sakit mental yang mulai memasukkan psikolog kedalam daftar stafnya.
Awal abad ke-20 merupakan periode reformasi yang banyak melahirkan ide-ide baru. Di Amerika Serikat dan beberapa Negara lain, mulai disusun undang-undang yang membatasi tenaga kerja anak-anak. Dari tahun 1900 sampai 1920 banyak ditemukan alat-alat yang digunakan oleh para psikolog dan pekerja pelayanan kemanusiaan lain. Instrumen baru yang terpenting adalah tes intelegensi.
Skala intelegensi pertama kali dipublikasikan oleh Binet di Paris pada 1905. Selama perang dunia I para psikolog Amerika mengembangkan tes-tes intelegensi dengan memperluas penggunaan tes Binet. Dua produk yang dihasilkan saat itu adalah The Army Alpha dan The Army Beta.
Pada tahun 1904, Jung mengusulkan sebuah tes asosiasi untuk mengumpulkan makna-makna tak sadar manusia. Pada 1917, Woodsworth memproduksi sebuah kuisioner yang disebut Personal Data Sheet yang digunakan untuk menyaring tentara yang kaitannya dengan permasalahan psikiatris. Dan pada akhirnya, American Psychological Association pada 1919 membentuk bidang khusus dari organisasi induknya.

B.            PERIODE II : WAKTU KONSOLIDASI
Sekitar tahun 1909, muncul sebuah klinik bimbingan anak pertama yang didirikan oleh seorang psikiater bernama William Healy di Chicago. Namun, klinik ini menggunakan metode yang berbeda dari klinik milik Witmer. Saat itu psikologi dipandang sebagai sebuah speciality (bidang khusus) pendidikan daripada medis.
Perubahan besar terjadi saat usai perang dunia kedua (1945). Psikolog Amerika mulai banyak terlibat dalam pekerjaan rumah sakit bersama veteran militer. Saat inilah psikolog klinis mulai beralih fungsi dari bidang pendidikan ke bidang medis. Mulai banyak inventori tes (seperti inventori tes kepribadian) yang muncul. Contohnya Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), teknik proyektif, Rorschach Inkblot Test, TAT, Neuropsychological tests, dan Strong vocational Interest Blank

C.           PERIODE III : PERTUMBUHAN YANG PESAT
Selama dua atau tiga dekade setelah Perang Dunia II, psikologi klinis benar-benar menjadi profesi yang mandiri. Profesi-profesi kesehatan lain juga tumbuh dan menetapkan berbagai standar. [ara psikolog yang bekerja di setting medis menjadi terbiasa menggunakan bahasa dan spesifikasi DSM dalam mencatat kondisi psikopatologis pasien.

D.  PERIODE IV : PERKEMBANGAN YANG CAMPUR ADUK DAN PROLIFERASI PROFESIONAL
Pada awal periode ini sebuah penanda signifikan yang lahir dari studi masif tentang kebutuhan kesehatan mental orang Amerika adalah Community Mental Health Act, yang ditandatangani oleh Presiden John F. Kennedy. Undang-undang ini menetapkan kesehatan mental sebagai masalah nasional untuk pertama kalinya, dan peluang yang ditawarkan kepada psikolog klinis dan pekerja kesehatan  mental lainya pun meningkat tajam.  Seperti isu keehatan masyarakat dan pencegahan, dan sebuah bidang keahlian khusus yang disebut Community Psychology muncul pada akhir 1960-an. Mereka menyatakan bahwa banyak klinisi tidak memberikan perhatian pada kekuatan-kekuatan yang lebih besar yang terkait dengan gangguan perilaku, misalnya kemiskinan. Terjadi beberapa perkembangan yang meresahkan di bidang psikologi klinis dan kesehatan mental secara umum. Semakin banyaknya studi studi follow up memuncukan kebimbangan tentang efektivitas psikoterapi. Disamping itu hasil penelitian menunjukan bahwa interpretasi kompleks para klinisi kurang prediktif dibanding rumusan statistik sederhana yang hanya didasarkan pada skor-skor tes dan data riwayat hidup. Sejak pertengahan 1950-an, hasilnya sering kali adalah penumpukan orang-orang sakit mental di lokasi-lokasi lain.  Ketika pertumbuhan jumlah college berhenti dan dana publik menjadi semakin langka pada akhir 1970-an dan 1980-an, pekerjaan untuk psikolog klinis. Banyak diantara mereka yang bukan merupakan produk universitas-universitas yang sudah mapan(established), tetapi produk kelompok schools of professional practitioner dan bukan menggunakan boulder model of the scientist professional. Sebagian mengakui gelar doctor of psychology (Psy. D) dan bukan doctor of psychology (Ph.D).
Pada 1970-an dan 1980-an beberapa bidang keahlian khusus baru diorgansasikan dan batas-batas yang lebih tegas mulai ditetapkan, seperti neuropskologi, psikologi kesehatan, psikologi olahraga, psikologi keluarga, dan psikologi forensik. Psikologi klinis semakin lama semakin terspesifikkan.

E.     PERIODE V : PERKEMBANGAN MUTAKHIR DAN MASA DEPANYA
Pada 1990-an psikologi dan profesi-profesi perawatan kesehatan lain menelaah persoalan reformasi perawatan kesehatan di Amerika Serikat, termasuk kemungkinan asuransi kesehatan nasional. Teori dan riset terus berkembang di akhir abad ke-20. Yang paling menonjol antara lain adalah teknik-teknik neuroging – cara untuk menunjukan fungsi otak. Sebagian mendasarkan diri pada elaborasi electroencephalography (EEG) perekaman gelombang otak. Merasa kecewa dengan segala hal yang mereka anggap sebagai pengontrolan APA oleh para klinisi dalam masalah-masalah profesional, sejumlah akademisi dan psikolog mendirikan organisasi American Psychological Society (APS) pada 1988. Sebagian sebagai respons terhadap APS, APA membentuk empat direktorat : Science, Education, Public Interest, dan Practice.
Sejak perang dunia II, jumlah anggota APA terus bertambah dan jumlah divisinya pun secara sedikit demi sedikit terus bertambah. Pada 1980-an dan 1990-an penambahan itu semakin pesat sebagai respons terhadap beragam interest groups dalam psikologi. Sebagai rangkuman, tampaknya tren utama dalam pola yang terus menerus berkembang ini adalah semakin banyak jenis klien, aktivitas, dan setting yang dimasukan ke dalam lingkup psikologi klinis. Klinik-klinik pada 1920-an dan 1930-an terutama berhubungan dengan anak-anak yang mengalami retardasi, mengalami masalah penyesuaian dan delingkuen. Buku teks pertama dibidang psikologi klinis (Loutit, 1936) diberi judul A Handbook of Children’s Behavior Problems.

F.        PERKEMBANGAN SEJARAH PSIKOLOGI KLINIS DI INDONESIA
Di Indonesia sendiri pendidikan psikologi dipelopri oleh Slamet Iman Santoso. Pendidikan ini diharapkan dapat membentuk suatu lembaga yang mampu menempatkan the right man in the right place, karena pada masa itu banyak kejadian di mana orang-orang yang kurang kompeten menduduki posisi penting sehingga membuat keputusan yang salah.
Awal dari pendidikan psikologi dilakukan di lembaga psikoteknik yang dipimpin oleh Teutelink yang kemudian menjadi program stiudy psikologi yang pernah bernaung di bawah brbagai fakultas di lingkungan Universitas Indonesia. Di Jakarta, mata kuliah filsafat dinaungi fakultas sastra; mata kulah statistik oleh fakultas ekonomi, dan mata kuliah faat oleh fakultas kedokteran.
Program studi psikologi kemudian pada tahun 1956-1960 menjadi jurusan psikologi pada fakultas kedokteran UI. Pada tahun 1960 psikologi menjadi fakultas yang berdiri sendiri di UI (Somadikarta et. Al. 2000). Kurikulum dan pelaksanaan program study psikologi dimulai sebelum tahun 1960, dibina oleh para pakar yang mendapat pendidikan Doktor (S3) dan Doploma dari negeri Belanda dan Jerman. Liepokliem mendirikan bagian klinis dan psikoterapi bertempat di barak I RSUP (RSCM). Yap Kie Hien mendirikan bagian psikologi eksperimen di salemba. Myra Sidharta mendirikan klinik bimbingan anak. Koestoer dan Moelyono memimpin agian psikologi kejuruan dan perusahaan (sekarang psikologi industri dan organisasi) kemudian diperkuat oleh A.S.Munandar. bagian posikologi sosial dirintis oleh Marat kemudian dipimpin oleh Z.Joesoef. setelah kepergian Liepokliem ke Australia, bagian psikologi klinis dan psikoterapi berganti nama menjadi bagian psikologi klinis dan konseling dipimpin oleh Yap Kie Hien (1960-1969). Namun dengan adanya pengertian yang luas tentang psikologi klinis, maka nama bagian psikologi klinis-konseling berganti lagi menjadi bagian psikologi klinis.
Sejak tahun 1992, pendidikan akademik dan pendidikan profesi psikolog dipisahkan untuk memungkinkan sarjana psikologi meneruskan ke bidang lain yang mereka minati. Sebelumnya, sarjana psikologi adalah juga psikolog karena pendidikan praktik digabungkan pendidikan akademik. Sejak tahun 20200, suatu forum menyepakati bahwa prasyarat bagi pendidikan profesi psikolog – agar dapat melakukan praktik psikologi – adalah tingkat S2, namun hal itu baru diberlakukan di UI saja. Forum ini terdiri dari dekan-dekan Fakultas Psikologi – yang kini mencapai 20 Fakultas Psikologi negeri dan swasta – dan organisasi Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).
Sejak 1994, psikolog yang berpraktik – artinya memberikan konsultasi psikologi, melakukan asesmen atau psikodiagnostik, dan melakukan konseling dan terapi – diwajibkan memiliki Izin Praktik Psikolog. Izin ini diperoleh setelah mereka memperoleh rekomendasi dari oeganisasi profesi – dulu Ikatan Sarjana Psikologi, sekarang Himpsi. Izin diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja (1994-2000) dan rencananya akan dikeluarkan oleh Himpsi sendiri.
Di Indonesia pendidikan profesi spesialis psikologi klinis secara formal belum diadakan, padahal sebenarnya sudah cukup banyak pakar yang berpengalaman di berbagai bidang psikologi klinis seperti terapi tingkahlaku, family therapy, counseling. Upaya untuk membuka jalur pendidikan spesialistik-profesional semestinya didukung oleh organisasi profesi (ISPSI/HIMPSI) karena pihak pemerintah – yakni Direktorat Pendidikan Tinggi Dep. Pendidikan Naisonal – lebih mengutamakan pendidikan akademik S1, S2, dan S3.