Sabtu, 28 April 2018

Sejarah Psikologi Klinis

SEJARAH PSIKOLOGI KLINIS


A.           PERIODE I      TAHUN-TAHUN AWAL
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan timbul pada akhir abad ke-19 di Eropa dan Amerika. Tiga perkembangan sosial menggerakkan roda perubahan ilmu pengetahuan.
1.      Revolusi industry
2.      Pertumbuhan ilmu pengetahuan yang pesat
3.      Pandangan baru mengenai sifat manusia
Laboratorium psikologi pertama yang didirikan oleh Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman, pada 1869, penerapan pengukuran dan statistic pada karakteristik manusia oleh Francis Galton di Inggris pada 1880an, dan Sigmund Freud yang mempublikasikan buku berlatar psikoanalisa berjudul The Interpretation of Dreams pada 1900 menarik minat banyak orang mengenai aspek-aspek psikologis dalam sakit mental dan pemahaman klinis.
Leightner Witmer merupakan orang pertama yang menggunakan istilah clinical psychology, mendirikan klinik psikologi, dan menerbitkan jurnal psikologi klinis yang pertama di University of Pennsylvania pada 1896. Witmer menyatakan bahwa metode-metode psikologi klinis penting dilibatkan ketika status pikiran individu ingin diketahui melalui  observasi, eksperimen, dan tritmen pedagogis/pendidikan diterapkan untuk menimbulkan suatu perubahan.
Tidak lama kemudian, banyak muncul klinik lain pun bermunculan. Dan semakin banyak rumah sakit mental yang mulai memasukkan psikolog kedalam daftar stafnya.
Awal abad ke-20 merupakan periode reformasi yang banyak melahirkan ide-ide baru. Di Amerika Serikat dan beberapa Negara lain, mulai disusun undang-undang yang membatasi tenaga kerja anak-anak. Dari tahun 1900 sampai 1920 banyak ditemukan alat-alat yang digunakan oleh para psikolog dan pekerja pelayanan kemanusiaan lain. Instrumen baru yang terpenting adalah tes intelegensi.
Skala intelegensi pertama kali dipublikasikan oleh Binet di Paris pada 1905. Selama perang dunia I para psikolog Amerika mengembangkan tes-tes intelegensi dengan memperluas penggunaan tes Binet. Dua produk yang dihasilkan saat itu adalah The Army Alpha dan The Army Beta.
Pada tahun 1904, Jung mengusulkan sebuah tes asosiasi untuk mengumpulkan makna-makna tak sadar manusia. Pada 1917, Woodsworth memproduksi sebuah kuisioner yang disebut Personal Data Sheet yang digunakan untuk menyaring tentara yang kaitannya dengan permasalahan psikiatris. Dan pada akhirnya, American Psychological Association pada 1919 membentuk bidang khusus dari organisasi induknya.

B.            PERIODE II : WAKTU KONSOLIDASI
Sekitar tahun 1909, muncul sebuah klinik bimbingan anak pertama yang didirikan oleh seorang psikiater bernama William Healy di Chicago. Namun, klinik ini menggunakan metode yang berbeda dari klinik milik Witmer. Saat itu psikologi dipandang sebagai sebuah speciality (bidang khusus) pendidikan daripada medis.
Perubahan besar terjadi saat usai perang dunia kedua (1945). Psikolog Amerika mulai banyak terlibat dalam pekerjaan rumah sakit bersama veteran militer. Saat inilah psikolog klinis mulai beralih fungsi dari bidang pendidikan ke bidang medis. Mulai banyak inventori tes (seperti inventori tes kepribadian) yang muncul. Contohnya Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), teknik proyektif, Rorschach Inkblot Test, TAT, Neuropsychological tests, dan Strong vocational Interest Blank

C.           PERIODE III : PERTUMBUHAN YANG PESAT
Selama dua atau tiga dekade setelah Perang Dunia II, psikologi klinis benar-benar menjadi profesi yang mandiri. Profesi-profesi kesehatan lain juga tumbuh dan menetapkan berbagai standar. [ara psikolog yang bekerja di setting medis menjadi terbiasa menggunakan bahasa dan spesifikasi DSM dalam mencatat kondisi psikopatologis pasien.

D.  PERIODE IV : PERKEMBANGAN YANG CAMPUR ADUK DAN PROLIFERASI PROFESIONAL
Pada awal periode ini sebuah penanda signifikan yang lahir dari studi masif tentang kebutuhan kesehatan mental orang Amerika adalah Community Mental Health Act, yang ditandatangani oleh Presiden John F. Kennedy. Undang-undang ini menetapkan kesehatan mental sebagai masalah nasional untuk pertama kalinya, dan peluang yang ditawarkan kepada psikolog klinis dan pekerja kesehatan  mental lainya pun meningkat tajam.  Seperti isu keehatan masyarakat dan pencegahan, dan sebuah bidang keahlian khusus yang disebut Community Psychology muncul pada akhir 1960-an. Mereka menyatakan bahwa banyak klinisi tidak memberikan perhatian pada kekuatan-kekuatan yang lebih besar yang terkait dengan gangguan perilaku, misalnya kemiskinan. Terjadi beberapa perkembangan yang meresahkan di bidang psikologi klinis dan kesehatan mental secara umum. Semakin banyaknya studi studi follow up memuncukan kebimbangan tentang efektivitas psikoterapi. Disamping itu hasil penelitian menunjukan bahwa interpretasi kompleks para klinisi kurang prediktif dibanding rumusan statistik sederhana yang hanya didasarkan pada skor-skor tes dan data riwayat hidup. Sejak pertengahan 1950-an, hasilnya sering kali adalah penumpukan orang-orang sakit mental di lokasi-lokasi lain.  Ketika pertumbuhan jumlah college berhenti dan dana publik menjadi semakin langka pada akhir 1970-an dan 1980-an, pekerjaan untuk psikolog klinis. Banyak diantara mereka yang bukan merupakan produk universitas-universitas yang sudah mapan(established), tetapi produk kelompok schools of professional practitioner dan bukan menggunakan boulder model of the scientist professional. Sebagian mengakui gelar doctor of psychology (Psy. D) dan bukan doctor of psychology (Ph.D).
Pada 1970-an dan 1980-an beberapa bidang keahlian khusus baru diorgansasikan dan batas-batas yang lebih tegas mulai ditetapkan, seperti neuropskologi, psikologi kesehatan, psikologi olahraga, psikologi keluarga, dan psikologi forensik. Psikologi klinis semakin lama semakin terspesifikkan.

E.     PERIODE V : PERKEMBANGAN MUTAKHIR DAN MASA DEPANYA
Pada 1990-an psikologi dan profesi-profesi perawatan kesehatan lain menelaah persoalan reformasi perawatan kesehatan di Amerika Serikat, termasuk kemungkinan asuransi kesehatan nasional. Teori dan riset terus berkembang di akhir abad ke-20. Yang paling menonjol antara lain adalah teknik-teknik neuroging – cara untuk menunjukan fungsi otak. Sebagian mendasarkan diri pada elaborasi electroencephalography (EEG) perekaman gelombang otak. Merasa kecewa dengan segala hal yang mereka anggap sebagai pengontrolan APA oleh para klinisi dalam masalah-masalah profesional, sejumlah akademisi dan psikolog mendirikan organisasi American Psychological Society (APS) pada 1988. Sebagian sebagai respons terhadap APS, APA membentuk empat direktorat : Science, Education, Public Interest, dan Practice.
Sejak perang dunia II, jumlah anggota APA terus bertambah dan jumlah divisinya pun secara sedikit demi sedikit terus bertambah. Pada 1980-an dan 1990-an penambahan itu semakin pesat sebagai respons terhadap beragam interest groups dalam psikologi. Sebagai rangkuman, tampaknya tren utama dalam pola yang terus menerus berkembang ini adalah semakin banyak jenis klien, aktivitas, dan setting yang dimasukan ke dalam lingkup psikologi klinis. Klinik-klinik pada 1920-an dan 1930-an terutama berhubungan dengan anak-anak yang mengalami retardasi, mengalami masalah penyesuaian dan delingkuen. Buku teks pertama dibidang psikologi klinis (Loutit, 1936) diberi judul A Handbook of Children’s Behavior Problems.

F.        PERKEMBANGAN SEJARAH PSIKOLOGI KLINIS DI INDONESIA
Di Indonesia sendiri pendidikan psikologi dipelopri oleh Slamet Iman Santoso. Pendidikan ini diharapkan dapat membentuk suatu lembaga yang mampu menempatkan the right man in the right place, karena pada masa itu banyak kejadian di mana orang-orang yang kurang kompeten menduduki posisi penting sehingga membuat keputusan yang salah.
Awal dari pendidikan psikologi dilakukan di lembaga psikoteknik yang dipimpin oleh Teutelink yang kemudian menjadi program stiudy psikologi yang pernah bernaung di bawah brbagai fakultas di lingkungan Universitas Indonesia. Di Jakarta, mata kuliah filsafat dinaungi fakultas sastra; mata kulah statistik oleh fakultas ekonomi, dan mata kuliah faat oleh fakultas kedokteran.
Program studi psikologi kemudian pada tahun 1956-1960 menjadi jurusan psikologi pada fakultas kedokteran UI. Pada tahun 1960 psikologi menjadi fakultas yang berdiri sendiri di UI (Somadikarta et. Al. 2000). Kurikulum dan pelaksanaan program study psikologi dimulai sebelum tahun 1960, dibina oleh para pakar yang mendapat pendidikan Doktor (S3) dan Doploma dari negeri Belanda dan Jerman. Liepokliem mendirikan bagian klinis dan psikoterapi bertempat di barak I RSUP (RSCM). Yap Kie Hien mendirikan bagian psikologi eksperimen di salemba. Myra Sidharta mendirikan klinik bimbingan anak. Koestoer dan Moelyono memimpin agian psikologi kejuruan dan perusahaan (sekarang psikologi industri dan organisasi) kemudian diperkuat oleh A.S.Munandar. bagian posikologi sosial dirintis oleh Marat kemudian dipimpin oleh Z.Joesoef. setelah kepergian Liepokliem ke Australia, bagian psikologi klinis dan psikoterapi berganti nama menjadi bagian psikologi klinis dan konseling dipimpin oleh Yap Kie Hien (1960-1969). Namun dengan adanya pengertian yang luas tentang psikologi klinis, maka nama bagian psikologi klinis-konseling berganti lagi menjadi bagian psikologi klinis.
Sejak tahun 1992, pendidikan akademik dan pendidikan profesi psikolog dipisahkan untuk memungkinkan sarjana psikologi meneruskan ke bidang lain yang mereka minati. Sebelumnya, sarjana psikologi adalah juga psikolog karena pendidikan praktik digabungkan pendidikan akademik. Sejak tahun 20200, suatu forum menyepakati bahwa prasyarat bagi pendidikan profesi psikolog – agar dapat melakukan praktik psikologi – adalah tingkat S2, namun hal itu baru diberlakukan di UI saja. Forum ini terdiri dari dekan-dekan Fakultas Psikologi – yang kini mencapai 20 Fakultas Psikologi negeri dan swasta – dan organisasi Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).
Sejak 1994, psikolog yang berpraktik – artinya memberikan konsultasi psikologi, melakukan asesmen atau psikodiagnostik, dan melakukan konseling dan terapi – diwajibkan memiliki Izin Praktik Psikolog. Izin ini diperoleh setelah mereka memperoleh rekomendasi dari oeganisasi profesi – dulu Ikatan Sarjana Psikologi, sekarang Himpsi. Izin diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja (1994-2000) dan rencananya akan dikeluarkan oleh Himpsi sendiri.
Di Indonesia pendidikan profesi spesialis psikologi klinis secara formal belum diadakan, padahal sebenarnya sudah cukup banyak pakar yang berpengalaman di berbagai bidang psikologi klinis seperti terapi tingkahlaku, family therapy, counseling. Upaya untuk membuka jalur pendidikan spesialistik-profesional semestinya didukung oleh organisasi profesi (ISPSI/HIMPSI) karena pihak pemerintah – yakni Direktorat Pendidikan Tinggi Dep. Pendidikan Naisonal – lebih mengutamakan pendidikan akademik S1, S2, dan S3.

0 comments:

Posting Komentar