Model Dan Kriteria Perilaku Abnormal
1. Model Perilaku Abnormal
Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan, gambaran, bentuk dan sebagainya dapat dilihat melalui :
Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang dan waktu yang mencakup Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi, Sebab-sebab gejala, dan Cara mengatasi.
Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang dan waktu yang mencakup Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi, Sebab-sebab gejala, dan Cara mengatasi.
a. Model demonologis.
Dasar perilaku abnormal adalah kepercayaan pada
unsur-unsur mistik, ghaib (kekuatan setan, guna2, sihir).
Gejala-gejalanya adalah Halusinasi, PL aneh, tanda jasmani khusus (warna
kulit, pigmen, dsb )dianggap sebagai tanda setan. Sementara jenis
Gangguan mental adalah bersifat “jahat” -dianggap berbahaya, bisa
merugikan / membunuh orang. Cara mengatasinya:
-
Zaman batu: Tengkorak dibor (dibolong), sebagai jalan keluar roh jahat.
-
Abad pertengahan: Disiksa, dibunuh, dimusnahkan, dipenjara, RSJ
-
Perkembangan di Gereja: Pendeta yang mengobati (doa, sembahyang, penebusan dosa).
b. Model Naturalistis
Dasar penyebabnya : Proses-proses fisik / jasmani
perilaku abnormal selalu berhubungan dengan fungsi- fungsi jasmani yang
abnormal (bukan karena gejala spiritual). Misal : Hipocrates – Galenus
Perilaku abnormal — karena gangguan pada sistem humoral (cairan dalam
tubuh). Cara mengatasi : Perlakuan terhadap penderita lebih
humanistic/manusiawi – lebih lembut, wajar dan menghilangkan bentuk
siksaan-siksaan.
c. Model Organis
Dasar perilaku abnormal : Kerusakan pada jaringan
syaraf / gangguan biokimia pada otak karena kerusakan genetic, disfungsi
endokrin, infeksi, luka2, khususnya pada otak.
d. Model Psikologi
Dasar perilaku abnormal : Pola-pola yang patologis, Pendekatan — Psikoanalisis, Behavioristis, kognitif, humanistic.
Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah
seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga
kriteria berikut:
-
Kriteria Statistik. Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
-
Kriteria Norma. Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
-
Personal distress. Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
0 comments:
Posting Komentar