Selasa, 27 Maret 2018

Model Dan Kriteria Perilaku Abnormal

Model Dan Kriteria Perilaku Abnormal

 Image result for abnormal

1. Model Perilaku Abnormal

Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan, gambaran, bentuk dan sebagainya dapat dilihat melalui :
Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang dan waktu yang mencakup Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi, Sebab-sebab gejala, dan Cara mengatasi.
a. Model demonologis.
Dasar perilaku abnormal adalah kepercayaan pada unsur-unsur mistik, ghaib (kekuatan setan, guna2, sihir). Gejala-gejalanya adalah Halusinasi, PL aneh, tanda jasmani khusus (warna kulit, pigmen, dsb )dianggap sebagai tanda setan. Sementara jenis Gangguan mental adalah bersifat “jahat” -dianggap berbahaya, bisa merugikan / membunuh orang. Cara mengatasinya:
  • Zaman batu: Tengkorak dibor (dibolong), sebagai jalan keluar roh jahat.
  • Abad pertengahan: Disiksa, dibunuh, dimusnahkan, dipenjara, RSJ
  • Perkembangan di Gereja: Pendeta yang mengobati (doa, sembahyang, penebusan dosa).
b. Model Naturalistis
Dasar penyebabnya : Proses-proses fisik / jasmani perilaku abnormal selalu berhubungan dengan fungsi- fungsi jasmani yang abnormal (bukan karena gejala spiritual). Misal : Hipocrates – Galenus Perilaku abnormal — karena gangguan pada sistem humoral (cairan dalam tubuh). Cara mengatasi : Perlakuan terhadap penderita lebih humanistic/manusiawi – lebih lembut, wajar dan menghilangkan bentuk siksaan-siksaan.
c. Model Organis
Dasar perilaku abnormal : Kerusakan pada jaringan syaraf / gangguan biokimia pada otak karena kerusakan genetic, disfungsi endokrin, infeksi, luka2, khususnya pada otak.
d. Model Psikologi
Dasar perilaku abnormal : Pola-pola yang patologis, Pendekatan — Psikoanalisis, Behavioristis, kognitif, humanistic.

2. Kriteria Perilaku Abnormal 

Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
  1. Kriteria Statistik. Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
  2. Kriteria Norma. Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
  3. Personal distress. Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

0 comments:

Posting Komentar